Mimpi

Tadi malam aku bermimpi
Mimpi yang sama dua hari lalu
Besoknya aku bermimpi lagi
Mimpi serupa tadi malam

Mimpi itu seperti hantu
Sampai kutakut dibuatnya
Namun mimpi itu juga seperti bunga
Kuingin slalu menghirup aromanya

Tadi malam aku bermimpi
Mimpi yang sama dihari-hari berikutnya

Mimpi itu seperti zat kimia
Yang meracuni otakku
Konsentrasinya semakin pekat

Mimpi malam yang memudarkan lamunan
Seperti matematika
Berpola dan kutaksanggup menghentikannya

Kuharap mimpi malam itu
Seperti Lukisan Leonardo Davinchi
Memberi kode sesuatu

Tadi malam aku bermimpi
Mimpi pula malam ini
Mimpi tentangmu!

No tittle

Wahai telingaku, bersabarlah! Kau harus kuat mendengar setiap jarum atau bunga. Telingaku, bukan hanya telingaku pun jiwa, hati, sukma dan yang ada di antaranya.
Dengarlah, hari hari seperti dengkuran angkara. Dan waktu tak terlalu bersahabat pahitnya. Lihatlah, ia berdetak seperti umpatan dalam gelap. Dengarlah, hanya luka yang menjadi pendengar setia.
Aku hanya mendengar, sebongkah keluh dan setumpuk kesah. Entah dari mana pun entah dari siapa.
Detik demi detik aku harus selalu terjaga, sementara bayangan ketakutan mengintai dibalik mata. Sesekali kutak tahu harus berbuat apa.
Kau tahu? Mungkin, jika isi kepalaku ini ditumpahkan yang ada hanya hanya segudang antah yang mengundang darah.
Hanya begitu dan seperti itu yang kudengar, tanpa sahut keyakinan dari sudut lain.
Hanya itu, keluh, kesah dan antah.
Dan sekali, pun kurasa sekali ancore berpendar menyinari.

Aku Tidak

Lilin lilin kecil telah padam dari helaan lintang
Geladak duka mengalun menderu gelombang
Rasa payah tergantung dilangit langit bayang
Mengulang kesekian legenda dari angan
Aku tidak
Ya memang aku tidak

Aku tidak percaya
Aku tidak pernah menduga
Aku cuma tertawa

Aku tidak percaya
Tentang aroma pena dan legit kuasnya

Aku tidak percaya
Aku tidak
Aku tidak

Aku tidak
Tidak aku